Rabu, 08 Desember 2010

kode dan etika dakwah

BAB III
ADAB DAN KODE ETIK DAKWAH

3.1 Para Juru Dakwah Dan Kode Etiknya

Da’i adalah wakil para Rosul dan pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan uang atau harta melainkan ilmu. Sementara itu para juru dakwah adalah duta- duta orang yang beriman yang diutus untuk mengemban amaanat mereka menyampaikan risalahnya kepada generasi umat manusia. Oleh karena itu seorang da’i harus berilmu banyak, berakhlak luhur, simpatik dan menarik serta harus menjadi qudwah hasanah sehingga umat manusia menyambut dakwahnya.
Atas dasar inilah maka sang da’I harus memiliki kode etik dan akhlak untuk menjadi figure public dan teladan bagi orang – orang yang ia dakwaahi . Adapun kode etik tersebut adalah:
1.Iman ( Percaya ) Kepada Yang Ia Dakwahkan
Iman merupakan motivator dan motor yang menggerakkan kekuatan jiwa manusia. Iman kepada Allah menjadikan selalu cinta kepada pekerjaan yang diridhai olehNya, karena ia menumbuhkan sifat dan nilai –nilai kebaikan dalam kalbu guna meraih tujuannya dan akan menggemarkan dia beribadah sesuai dengan ridhaNya.Sedang iman kepada hari akhirat akan mendorongmanusia untuk amal-amal kebaikan ,sehingga ia tidak takut hari kiamat yang maha dahsyat, karena neraca amal kebaikannya lebih berat.
Iman yang teguh dan benar itu menyatakan bahwa islam penutup semua agama, yang dibawa oleh Rasul Muhammad SAW untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia dari kesesatan dan kehancuran . Iman yang teguh dan benar menyerukan bahwa Islam adalah agama satu-satunya yang universal menjangkau seluruh aspek hidup dan kehidupan , baik soal keagamaan , sosial, ekonomi, politik, akhlak maupun sekuriti. Iman seperti inilah yang akan mendorong pemiliknya tampil dengan semangat menggebu-gebu mendakwai masyarakat kepada agama Islam dengan penuh keyakinan , mantap dan jiwa tenang .

2 . Qudwah Hasanah (Keteladanan yang Baik)
Seorang da’i akan mendapat pendukung dan pengikut lebih banyak melalui qudwah hasanah ketimbang dengan cara ceramah atau khotbah. Karena masyarakat selalu melihat sang da’i sebagai cermin dan teladan untuk ditiru. Bahwa tingkah laku dan akhlak sang da’i merupakan gambar hidup yang langsung dilihat oleh deluruh manusia , baik geraknya,diamnya,berdiri maupun duduknyabahkan dalam menangis dan tertawanya. Keteladanan itu ada pada Rasulullah SAW seperti disebutkan firman Allah:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah(Muhammad SAW) ada suri tauladan yang baik bagimu , yaitu bagi orang yang mengharapkan (pahala) Allah dan hari kiamat serta ia banyak berzikir kepada Allah”. (QS . Al-Ahzab/33: 21)
Qudwah hasanah yang diterjemahkan ke dalam tingkah laku dan akhlak akan lebih besar mempengaruhi manusia ketimbaang untaian kata-kata walaupun indah dan manis didengar. Oleh karena itu , bagi para juru dakwah harus


memberikan teladan atau qudwah hasanah lebih banyak dalam dakwahnya ketimbang ucapan atau pembicaraan jika mereka ingin memetik buah yang bermanfaat darinya.

3 . Istiqamah (konsisten)
Yaitu cocoknya amal perbuatan dengan syariat (hokum) dengan penuh ikhlas diri semata-mata karena Allah SWT. Istiqamah dalam arti ini merupakan sifat paling esensi dan penting para da’i. Karena, jika seorang da’i tak cocok ucapan dan perbuatannya, maka dakwahnya tidak lain kampanye yang nilai negative. Dengan, demikian , sang da’i dituntut untuk mengamalkaan kebaikan yang akan ia dakwahkan terlebih dahulusebelum menyerukannya. Ia harus terlebih dahulu mempraktikkan suatu hokum (syariat) sebelum menyuruh orang lain mengerjakannya. Ia harus terlebih dahulu menghindaari perbuatan keji atau mungkar sebelum mencegah orang lain darinya, bukan melarang tapi ia sendiri melakukannya.
4 . Sabar Menghadapi Berbagai Kendala dan Penderitaan

Para da’i harus menggembleng diri sabar menghadapi musuh atau para penentangnya yang pasti ada. Karena mangubah manusiaa dari akidah sesat yang mereka yakini bertahun-tahun ke akidah yang benar merupakan suatu jihad dan perjuangan berat.
Tidak mudah bagi hati dan jiwa yang memeluk akidah sesat tersebut untuk menerima akidah baru walaupun benar. Karena akidah (kepercayaan) yang lebih dahulu, pasti akianj meninggalkan bekas di hati, lama hilangnya.
Maka para dakwah harus melatih diri untuk sabar menghadapi berbagai tantangan ketika berdakwah mengeluarkan mereka dari alam jahiliah dan kebatilan. Seorang da’i harus mengetahui hakikat ini,sehingga ia siap tampil menghadapi rintangan di medan perjuangannya.
Lukman hakim telah menjumpai berbagai rintangan dan penderitaan dalam dakwahnya, maka ia berwasiat kepasa putranya sebagaimana disebutkan oleh Al-Qur’an Al-Karim, yaitu:
“Hai anakku!Dirikanlah salat dan suruhlah orang berbuat makruf dan laranglah dari klemungkaran, serta sabarlah atas cobaan yaqng menimpa engkau! Sesungguhnya demikian itu pekerjaan yang dicita-citakan”.(QS. Lukman/ 31:17)

Kita lihat di sini, Lukman Hakim menyusun suatu perkara yang ia wasiatnya sercara b akan menimpamu”.
eruntun. Yaitu suatu perkara yang harus diamalkan oleh da’i:
I . Ia berwasiat supaya da’i mempersiapkan diri dan tetap tekun taat beribadah.
Ini terdapat Pada kata-katanya:; “Hai putraku, dirikanlah salat”.
2 . Wasiat ini berisi anjuran supaya berdakwah, yaitu menyeru orang berbuat
makruf dan Mencegahnya dari berbuat kemungkaran. “Dan suruhlah orang
berbuat makruf dan cegahlah dari kemungkaran”.
3. Ia menasehati supaya da’i harus sabar menghadapi resiko perjuangan dan
pendaritaan yang akan menimpa. “Dan sabarlah atas musibah (penderitaan)
yang akan menimpamu”.

5 . Lapang Dada Dan Lembut (Santun)
Sifat lapang dada dan santun ialah mudah memaafkan kesalahan orang. Adalah suatu sifat sabar dibarengi dengan ketenangan dan kelembutan bertabiat, yaitu tidak memberi sanksi atau dendam kepada seseorang.
Para juru dakwah biasanya berhadapan dengan masyarakat majemuk. Di antara mereka ada yang berakhlak luhur, ada yang berpengarai buruk dank eras. Ada yang kasar dan sebagainya. Dengan sifat lapang dada , mudah memaafkan orang lain, sang da’i akan dapat mendekati mereka. Ia mampu menggauli mereka sesuai dengan tabiat dan perangai masing-masing.Dengan begitu, maka ia berhasil merebut hati mereka dan menjadikan mereka taat kepadanya.

6 . Tawadlu’ (Merendah Diri)
Tawadlu’ adalah merendahkan diri dan penuh cinta kasih terhadap orang-orang yang beriman terlebih lagi kepada mereka yang muallaf (orang yang baru masuk islam, agar imannya lebih teguh). Allah berfirman: ”Dan merendah dirilah engkau terhadap orang yang mengikutimu”. (QS, Asy-Syu’ara/26/:215).
Tawadlu’itu dapat menarik banyak pendukung dan pengikut, serta menjadikan sang da’i dicintai oleh masyarakat sehingga mereka tergugah dengan ucapannya. Diantara sifat tawadlu’ ialah manis bertutur kata, cerah muka dan ramah bertemu dengan orang lain, tidak kasar dan tidak mudah memberi hukuman kepadanya bila salah. Bila orang itu berang dan marah, ia hadapi dengan tenang.

7 . Zuhud dan Tekun Berdakwah
Yang dimaksud tekun berdakwah ialah sungguh-sungguh dan semangat dalam menyampaikan dakwah. Ia hanya sibuk dengan tugas ini, tidak diselingi atau diisi dengan kegiatan sampingan sehingga ia mendahulukan tugas dakwah ini dari pekerjaan lainnya.
Zuhud adalah tidak peduli terhadap milik orang lain. Ia merasa puas dengan rezeki yang telah Allah tentukan buatnya. Hatinya lega dan lepas dari keterikatan dan ketergantungan kepada kehidupan dan kemewahan dunia.
Tekun berdakwah dan zuhud ini merupakan faktor terpenting bagi kesuksesan seorang da’i. Karena jika ia tidak sungguh-sungguh dan serius, ia akan bermalas-malasan dan bekerja setengah-setengah. Padahal sifat malas dan tidak mau tau atau masa bodoh akan melalaikan kewajibannya dan menjadikannya enggan menyebarkan kebenaran. Juga hati yang selalu bergantung kepada dunia dan selalu sibuk berpikir untuk mendapatkannya menjadi dinding penghalang antara si da’i dan masyarakat. Akibatnya tak ada seorang pun yang mau menyambut dakwahnya.
Karena dakwah tidak akan berkembang kecuali dengan amal yang serius dan berkesinambungan dan pengorbanan yang tak henti-hentinya.

8 . Tekun dan Kuat Beribadah
Tekun beribadah dan taqarub kepada Allah SWT adalah salah satu senjata paling ampuh . karena taat dan ibadah itu mengandung nur (cahaya) yang memantul ke wajah pelakunya, yang juga akan memancar pada ucapan dan tutur katanya. Sementara wibawa dan ketenangan timbul pada dirinya yang akan menarik orang menjadi hormat kepadanya.


Bentuk ibadah dan taqarub kepada Allah yang paling utama ialah ibadah fardlu ditambah dengan ibadah-ibadah sunah. Memelihara ibadah fardlu dan melaksanakannya sesuai dengan perintah Allah merupakan bentuk taqarub kepada Allah paling utama dan agung, kemudian memelihara ibadah-ibadah sunnah sebagai pelengkap dan penembah kekurangannya. Dengan demikian, bersihlah hatinya, suci jiwanya, dinamis dan tanggap anggota badannya. Ketika itulah, tapak-tapak dan bekas-bekas ibadah dan ketaatannya memantul kepada mereka yang ia dakwahi sehingga mereka akan tergugah yang kemudian akan mengikuti jejaknya. Bahkan mereka akan menjadikan si da’i tersebut figur dan pembimbingnya ke jalan yang lurus.

9 . Ikhlas (Tanpa Pamrih)
Arti ikhlas ialah seseorang mengerjakan suatu pekerjaan dengan tujuan semata-mata hanya karena Allah.Ia tanpa pamrih, tak mengharap balasan dari seseorangwalau hanya ucapan terima kasih.
Itulah ikhlas yang sebenarnya yang harus dimiliki dan dijadikan cita-cita oleh para da’i untuk berjuang mencurahkan segala daya dan kemampuannya, menyebarkan risalah tanpa pamrih, semata-mata mengharap balasan dari Allah SWT. Adapun tandanya ikhlas dalam dakwah ini adalah dia harus tanggap dan menjiwai dakwahnya. Ia curahkan seluruh kemampuan dan dayanya secara maksimal dalam berdakwah.

10 . Tanggap dan Mengerti Tentang Kondisi dan Lingkungan di Sekitarnya
Seorang da’i harus pandai, jeli dan cerdas. Ia harus mampu memahami setiap situasi dan kondisi disekitarnya termasuk tantangan berupa kebatilan dan kemaksiatan yang ada di masyarakat. Ia harus mampu menghadapi keadaan seperti itu dan memahaminya untuk ia ambil pelajaran dalam dakwahnya.

3.2 Tugas dan Kewajiban Para Da’i

Tugas dan kewajiban para da’i sungguh berat sesuai dengan kadar tanggung jawabnya. Mereka para pemelihara nilai-nilai akhlak dan suluk serta pemantau sikap dan tindak tanduk masyarakat . Juga sebagai cermin bagi kaum muslim untuk melihat dirinya. Dalam rangka ini, maka harus ada seleksi secara ketat bagi orang yang akan menerjuni bidang dakwah ini, karena da’i tidak cukup alim saja, atau Cuma pandai pidato atau cukup seorang yang lemah lembut, lincah dan terampil saja. Tetapi ia harus memiliki juga sifat-sifat lain, diantaranya:

1) Konsentrasi Penuh Dalam Dakwah
Berkecimpung dalam medan dakwah sepenuhnya, tidak setengah-setengah dengan selalu penuh optimisme dalam menarik masyarakat merupaakan kewajiban pokok bagi juru dakwah. Karena bila ia juga sibuk dengan pekerjaan sambilannya, maka tugas pokoknya (dakwah) tersebut akan menjadi terbengkalai.
2) Mencintai Kebaikan (Kemaslahatan) Bagi Manusia
Penjangkauan dakwah kesemua aspek kebaikan dan kemaslahatan pada kehidupan umat manusia sangat penting. Karena dakwah apapun yang tidak mencakup kebaikan bagi orang-orang yang di dakwahi, tidak akan memberikan


kemaslahatan. Malah mereka akan lari menjauh karena menganggapnya musuh.
Sesungguhnya kesungguhan dan keinginan yang sangat dari seorang da’i akan terealisasinya kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat yang ia dakwahi merupakan faktor paling penting dalam menggiring ribuan hati untuk berkumpul mendatangi dia, menyambut dakwahnya dan menjadi pendukungnya.
Diantara cinta kebaikan dan kemaslahatan pada masyarakat ialah dalam dakwahnya ia memudahkan segala perkara, luas cita-citanya, membimbing hati menuju kemaha agungan rahmat Allah Azza Wa Jalla.

3) Menghindari Bergaul dengan Orang-Orang Dungu (Bodoh)

Orang-orang yang safih (dungu) adalah orang-orang bodoh, tak punya rasa santun dan belas kasih. Berpaling dari orang-orang bodoh dan dungu menjadikan sang da’i berkonsentrasi penuh menyelesaikan perkara-perkara terpenting (pokok) yang ia hadapi. Ia akan berkonsentrasi penuh memanfaatkan kesempatan emasnya dalam tugas-tigas pokok dakwahnya. Ia dapat memberi bimbingan ilmu, tarbiyah dan pengarahan kepada orang-orang yang sedang membutuhkannya disamping ia juga akan semakin mantap menjalankan tugas sucinya itu.

4) Terus Menerus dan Mudawamah Dalam Dakwah

Para juru dakwah hendaknya tidak mandeg dalam berdakwah, ia tetap tetap mengemban tugas kewajibannya walaupun ujian yang tengah ia hadapi, sampai Allah SWT membukakan pintu hati orang-orang yang didakwahinya. Sebab jika ia berhenti atau mandeg berarti memberi kesempatan kepada musuh untuk menyusun kekuatan dan barisan guna segera menyerangnya.

3.4 Cara dan Metode Dakwah

Dakwah menurut Al-Qur’an memiliki banyak metode yang penjelasannya diuraikan sendiri oleh ayat-ayatnya secara gambling, mengetuk hati dan pandangan orang. Beragamnya metode ini disebabkan mad’u yang berbeda dan karakter serta tingkatan berfikir yang tidak sama. Lingkungan kota misalnya, berbeda dengan kampung, kaum intelek berbeda dengan dengan kaum awam. Begitu juga dalam status sosial, satu sama lain saling berbeda. Pegawai negeri atau karyawan tidak sama dengan kuli,buruh atau petani.
Terkadang seorang da’i dalam suatu lingkungan memerlukan banyak metode dan pengombinasiannya, karena kemungkinan di sana ia menemukan segi-segi penting yang tidak jelas dalam kajian kemasyarakatannya, atau tidak tampak bagi dia hal-hal yang seharusnya ia ketahui sehingga ia berdakwah tidak dapat sambutan dari mereka. Maka ketika itulah , ia harus mengintropeksi diri dan dan mengubah metode. Hal ini ia lakukan terus-menerus sampai berhasil. Berkaitan dengan ini, disini kami utarakan uslub dan metode dakwah secara rinci, yaitu:

1) Mengambil Ibrah (Pelajaran) dari Sejarah Masa Lalu
Dalam Al_Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi untuk dapat memperhaatikan bagaimana akibat orang-orang sebelum mereka. Allah teleh menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima akibat seperti itu. Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang penduduknya lebih kuat dari penduduk

negerimu (Muhammad)yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakanmereka, maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka”. (QS. Muhammad/47:10-13)
Ayat-ayat ini dan yang semacamnya menolehka pandangan kita untuk berpikir dan mengambil pelajaran bagaimana sikap umat terdahulu terhadap para rasul Allah, dan bagaimana para rasul tersebut menghadapi mereka. Mereka curahkan segala daya dan kekuatannya untuk berdakwah, mengajak mereka beriman, tetapi mereka tetap menentang dan membangkang. Kendatipun kaum itu begitu kuat dengan kesombongan dan keangkuhannya, tidaklah dapat mengalahkan Allah SWT. Allah menyiksa mereka dan membinasakannya. Umat yang telah hancur itu tidaklah jauh darimu. Bahkan hidup di negerimu, atau paling tidak, hidup di negeri yang dekat dengan negerimu yang biasa kamu hampiri. Oleh karena itu, renungilah peristiwa itu supaya kamu sadar, bahwa kamu sekalian tidak akan mampu mengalahkan Allah. Buktinya, berapa banyak negeri yang besar dan kuat dihancurkan Allah. Diantaranya adalah kaum Hud AS, kaum Shaleh AS, kaum Nuhas, yang semuanya karena mendustakan para rasul Allah.

2) Merenungi Ayat-Ayat Kauniyah
Dalam Al-Qura’an , Allah SWT menyebutkan firmanNya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang, terdapat ayat (tanda-tanda) bagi orang berakal”. (QS. Ali Imran 3:190)
“Katakanlah:”perhatikanlah apa-apa yang, ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orangyang tidak beriman”. (QS. Yunus/10:101)
Ayat-ayat di atas merangsang kita untuk merenungi dan mentadaburi tanda-tanda kebesaran Allah yang bersifat kauniyah (yang bersebaran di alam ini).
Jutaan binatang, meteor, bulan dan matahari. Pertukaran siang dan malam,perputaran bumi pada porosnya,dan bulan dengan batas-batas tertentu,tak ada benturan antara satu sama lain, lautan luas terbentang dan lain-lainnya. Semuanya kita renungkan, kita perhatikan agar jiwakita hidup. Agar otak kita terbuka dan sadar akan ciptaan Allah yang sangat menakjubkan, sehingga terangsang, bangkit untuk berkreasi menyelidiki dan mencari penemuan-penemuan baru.
Jadi, Al-Qur’an menyeru akal untuk memperhatikan dan memikirkan penciptaan alam yang justru untuknyalah akal diciptakan. Inilah salah satu metode dakwah paling berhasil dalam mamberi kepuasanjiwa orang. Karena akal menjadi tunduk sedang hati menjadi tenang. Kepadanya manusia sampai melalui akalnya sehingga mantaplah imannya, yang merupakansasaran dakwah yang hakiki.
3) Dengan Cara Memberikan Tamsil dan Perumpamaan
Manusia itu berbeda-beda lingkungan dan tabiatnya, sehingga berbeda pula jalan pemahaman dan penguasaannya terhadap suatu masalah. Atas dasar inilah, maka metode dakwah pun bermacam-macam. Orang yang cerdas misalnya dapat memahami permasalahan yang tidak bisa dipahami oleh selain dia.
Maka Al-Qur/an tampil menempuh berbagai macam metode dakwah sesuai dengan tingkatan berfikir dan daya intelektual masing-masing manusia. Diketengahkannya tamsil dan perumpamaan oleh Al-Qur’an merupakan satu

metode untuk memperjelas gambaran tentang perkara yang sulit dicerna dan direka oleh akal pikiran.

4) Membuka Pintu Dialog
Allah SWT berfirmaan dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 64, surat Al-Baqarah ayat 136 dan surat Asy-Syura ayat 15, ayuat ini menampilkan metode baru dalam berdiskusi dan dialog dengan musuh dalam rangka memberi kepuasan kepeda mereka.
Surat Ali-Imran ayat 64 ini menyeru ahli kitab untuk menuju kesatu kalimat yang sama, yang tidak membedakan kelompok yang satu dengan yang lain, antara orang islam dan non Islam. Adakah disana seruan yang paling diperhatikaaan untuk ditaati dan disambut ketimbang seruanmu terhadap musuhmu supaya ia ikut kepadamu. Sehungga seandainya ada jiwa atau hati yang tidak menyebut seruan seperti itu, tandanya ia takut butuh pengobatan lebih banyak dari sekedar diberikepuasan berupa seruan tersebut.
Ayat yang kedua menyuruh orang-orang mukmin menyatakan keimanan kepada para Rasul mereka, yaitu rasul yang diutus kepada orang-orang yang kamu dakwahi maupun para rasul yang lain. Dakwah model ini berisi anjuran kepada musuh supaya mengumumkan keimanannya yang terakhir kepada para rasul dan agar mereka mempercayai setiap yang di bawa oleh para rasul tersebut. Pada ayat ini ada dakwah yang jelas terang bagi penganut kedua agama (Bani Israel dan Nasrani) supaya memeluk Islam.
Adapun ayat yang ketiga berisi pernyataan iman kepada semua kitab Allah, tanpa membedakan satu dengan yang lainnya., juga mengandung pernyataan tentang prinsip keadilan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Bahwa perbedaan agama,ras atau bahasa dan keturunan tidak menjadikan mereka harus dizalami atau diintimidasi .












BAB IV
Contoh Perundang-Undangan tentang
Penyiaran Pres,Pencemaran Nama Baik,Kemerdekaan Pres,Dalil Dalil pokok
Dakwah

A.Kemerdekaan Pres dan Pencemaran Nama Baik

Jatuhnya pemerintahan Soehartptahun 1998 menandai awalnya transisi demikrasi di Indonesia ,irononya peristiwa tersebut diikuti serentetan kebijakan di semua aspek,termasuk pres.
Salah satu yang perlu dicatac dalam bidang pres adalah dicabutnya peraturan Mentri Penerangan tentang Surat ijin Usaha Penerbitan Pres ( SIUPP ) dan di cabutnya Hak Istimewa Persatuan Wartawan Indonesia (PWI )sebagai wadah tunggal organisasi wartawan ,dan puncak atas kebebasan berekpresi melalui Perubahan II UUD 1945.

Perubahan ini tentunya telah membawa harapan yang tinggi akan perubahan kehidupan pres yang lebih baik,Pada umumya tuntutan hukum melal;ui proses pemindanaan terhadap jurnalis menggunakan ketentuan pencemaran nama baik dalam KUHP dalam Bab XVI tentang penghinaan yang terdiri daro pasal 310 -321.
Lebih rinci mengenai Perpu tentang pencemaran nama baik dan kemerdekaan terlihat pada tabel berikut ,dalam bentuk KUHP dan R KUHP.


KUHP

Bab XVI

Penghinaan R KUHP

Bab XVIII

Tindak Pidana Penghinaan
Pasal Tindak Pidana
Pasal Tindak Pidana
310 Pencemaran 531 Pencemaran

311 Fitnah 532 Fitnah

315 Penghinaan Ringan 534
Penghinaan Ringan
317 Pengaduan Fitnah 536
Pengaduan Fitnah
318 Persangkaan palsu 537
Persangkaan palsu
320 Pencemaran nama baik Orang Mati 539
Pencemaran nama baik Orang Mati
320 Pencemaran Nma Baik Orang mati Dengan Tulisan Atau Gambar. 540 Pencemaran Nma Baik Orang mati Dengan Tulisan Atau Gambar.

Pencemaran Nama Baik ,Hak Jawab,dan Kemerdekaan Pres.
Pencemaran nama baik dalam KUHP ataupun R KUHP masuk delik formil .

B.Perpu Tentang Penyiaran

Perpu tentang penyiaran ini masih ditunda karena ada aitem- aitem yang perlu dikaji karena dirasakan ada kelemahan –kelemahanya pembahasan ini berlangsung antaraKomisi I DPR dengan Depkominfo,tentang PP (Peraturan Pemerintah ) ,tentang PP ini dapat dilihatsebagai berikut :
Peraturan pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 “Tentang Penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga penyiaran Berlangganan.
2. Peraturan Pemerintah Nopmor 51 Tahun 2005 ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Komunikasi.
3. Peraturan pemerintah Nomor 50 tahun 2005, ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Swasta.
4. Peraturan pemerintah Nomor 49 tahun 2005, ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Asing.


Sedangkan keputusan menghasilkanbeberapa aitem

1. KPI adalah hasil dari perjuangan masyarakat sipil dalam demokratisasi penyiaran,Kebanyakan peserta Diskusi mengkririk sikap KPI yang selama ini sangat kompromi dengan pemerintah.
2. Statemen Penolakan PP Penyiran yang dikeluarkan KPI sangat abstrak.mestinya KPI membahas pasal per pasal dalam bentuk matrik berdasarkan UU 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
3. Upanya Pengawalan penyiaran seolah-olah berhenti setelah UU Penyiaran dipisahkan
4. UU penyiaran memang dirasakan banyak memiliki kelemahan ,Masalah ini kemudia menghasilkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk mengembalikan peran pemerintah sebagai regulator penyiaran .

C.Dalil Dalil dakwah dalam Al Quran (ayat –ayat dakwah )
1. Al Baqoroh 40-41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar