Manejemen Pres Dakwah Dan Solusi –Solusinya
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH
“Manajemen Pres Dakwah”
Dosen pengampu :
Imam Mubarok. S.Sos.i
Oleh :
Winarto 07.03.0.0486
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI
(IAIT) KEDIRI
STATUS TERAKREDITASI
Nomor :023/BAN-PT/Ak-IX/ S1/ 2005
Alamat : Jl.Wahid Hasyim No.62 Telpn. (0254) 772879
Kediri 6114
MUKADIMAH
Bismillaahirrahmaanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, rahmat dan karuniaNYA kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhirul zaman yang selalu kita harapkan syafa’atnya didunia dan akhirat .
Sungguh merupakan suatu kehormatan kebanggaan kami penyusun dapat menyelesaikan tugas ini semoga dapat menambah wawasan ,pengalaman ,daya serap mahasiswa dalam menganalisis dan mempelajari bab Perundangan Dakwah sendiri.
Kami penyusun sangat bersyukur sekali atas terselesainya makalah ini tak lain atas dorongan,bimbingan,serta bantuan segala fihak.Tak lupa kami sampaikan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bpk .KH.IMAM YAHYA MAHRUS selaku Rektor IAIT TRIBAKTI Kediri.
2. Imam Mubarok S.Sosi selaku Dosen Pembimbing Studi Manajemen Pres Dakwah.
3. Ihwan dan Ihwad yang selalu memberikan motifasi,dorongan ,serta spirit yang takhenti-henti sehingga makalah ini dapat terselesekan.
4. Semua fihak yang membantu dan memberikan motifasi kepada kami dan takmungkin disebut satu persatu.
5. ….
Semoga amal kebaikan dari berbagai fihak tersebut mendapat pahala/sawab yang sesuai dengan kebaikan yang dilakukan dan di catat menjadi amal hasanah oleh Allah SWT ,harapan akhir makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membaca khususnya bagi penulis.Taklupa penulis berterimakasih atas kritik maupun saran yang kontruktif sehingga makalah ini dapat sempurna sehingga layak untuk dipublikasikan .
Blitar, 18 Juni 2010
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Mata Kuliah : Manajemen Pres Dakwah
Tugas / Judul Makalah : Manajemen Pres Dakwah dan Solusi-solusinya.
(Perpu Penyiaran,Pencemaran Nama Baik,Dalil Da’wah)
Disusun oleh : WINARTO 07.03.0.0486
Makalah ini diajukan dalam memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pres Dakwah
pada semester 7 Institut Agama Islam Tribakti ( IAIT ) Kediri tahun Akademis 2010.
Demikian untuk menjadikan periksa.
Kediri , 29 November 2010
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
Imam Mubarok S.Sos.i Winarto
Mengetahui
Dekan Fakultas Dakwah
Prof .H.Suko Susilo MS.i
DAFTAR ISI
1. LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………
2. KATA PENGATAR ……………………………………………………………...
3. DAFTAR ISI………………………………………………………………………
4. BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah ………..……………………………………..
B. Pembahasan Penulisan ………………………………………………..
5. BAB II Pembahasan istilah
A.Pengertian judul Manajemen Pres Dakwah
B.Pres dan Jurnalis
6. BAB III Pembahasan Topik………………………………………………………
A. Kaitan Manajemen pres dengan dakwah dan solusi –solusinya.
B. Perpu Penyiaran,Perpu Pencemaran Nama Baik,Dalil- Dalil.
7. BAB IV PENUTUP..……………………………………………………………
A. Kesimpulan
B. Penutup
C. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Apapun yang dilakukan praktisi,seorang menejer,da’I Jurnalis tentunnya untuk menumbuhkan ,memulihkan kepercayaan ,membangun citra pada dasranya adalah upanya mempengaruhi pikiran public .Efek yang sangat diharapkan adalah adanya perubahan pikiran perilaku seorang mad,u khususnya bagi seorang da’I atau seorang Juru dakwah terlebih dengan perubahan dunia yang semakin pesat dan terus canggih seorang da’I juga harus dapat memanfaatkan tehnologi yang ada jika seorang dai /juru dakwah tidak mengenal bahkan menguasai maka dapat dipastikan dakwah yang dilakukan kurang maksimal. Peradaban masa kini sering disebut sebagai peradaban masyarakat informasi. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber kekuasaan. Informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat publik (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia. Hingga pada akhirnya, muncul sebuah anggapan bahwa sumber baru kekuasaan saat ini adalah “informasi di tangan banyak orang” (the new source of power is information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa maka dialah pengendali atau penguasa dunia.
Tak heran jika sarana atau media informasi terus berkembang begitu pesat demi meraih kepentingan di atas. Media-media tersebut hadir merepresentasikan maksud, tujuan, dan target-target tertentu. Bagi khalayak ramai, kehadiran sebuah informasi tentu bisa menjadi sesuatu yang positif namun juga sebaliknya. Informasi terkadang membuat seseorang bergerak secara gegabah tanpa terlebih dahulu melakukan proses tabayyun yang cukup. Persoalannya menjadi semakin rumit ketia sebuah informasi atau berita negatif mendapatkan tempatnya di benak pembaca, mempengaruhi dan mengendalikan gerak serta prilaku mereka. Inilah yang menjadi dasar analisa Lippmann. Menurut Lippmann, masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, akan tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta; “kenyataan fatamorgana” atau “lingkungan palsu”. Distorsi-distorsi tidak hanya datang dari faktor emosional dan kebutuhan ego saja, tetapi juga dari stereotip-stereotip, gambaran yang kita miliki tentang para tokoh figur publik, dan produk benda-benda.
Sejatinya, penggunaan media informasi sebagai alat komunikasi dapat dikategorikan ke dalam lima bagian; alat penerangan massa, alat pendidikan massa, alat mempengaruhi massa, alat hiburan, dan digunakan perorangan atau kelompok. Pada pembahasan ini, persoalan media sebagai alat untuk mempengaruhi massa lebih dominan. Bahkan ia mampu mencakup secara umum. Proses mempengaruhi masa justeru dapat dilakukan melalui penerangan, edukasi, hiburan atau sebuah kelompok atau orang tertentu.
Sejak bermulanya era komunikasi melalui media cetak yang ditandai dengan penemuan mesin cetak pada tahun1456 oleh Johan Gensfleisch (lebih terkenal dengan Gutenberg) di Jerman, ia berubah secara cepat menjadi suatu kekuatan tersendiri di tengah-tengah percaturan kepentingan manusia di dunia. Maka pada tulisan ini penulis hendak mengkaji sejauhmana kekautan informasi khususnya media cetak (pers) mampu menjadi sebuah kekuatan publik yang efektif memberikan pengaruh ditengah-tengah masyarakat. Kaitannya dengan amal da’wah, kajian ini hendak memotret urgensi antara pers dan kegiatan jurnalistik yang berperan mengemban misi da’wah tersebut.
B.Rumusan Masalah
Dari kajian buku ini paling tidak penyusun dapat menambah ilmu yang ada sebagai suplemen dalam perkuliahan .Selain itu secara spesifik mahasiswa dapat:
1. Mengerti apa yang dimaksud Manajemen Pres dakwah ?
2. Mengetahui apa kaitanya Pres dan Jurnalis ,mengetahui apa peluang sukses berdakwah karena dengan menggunakan manejeman lebih tertata? serta dapat mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa ,dan bermasayarakat
BAB II
Pembahasan Istilah
A.Urgensi Manajemen Pres Dakwah
Manajeman ialah suatu proses atau kerangka kerja ,yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang orang kearah tujuan –tujuan atau maksud –maksud yang nyata.Manajemen adalah suatu kegiatan ,pelaksanaanya adalah “managing”sedang pelaksanaya adalah menejer jika terkait dengan dakwah maka manajernya adalah da’I.Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba ,ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang biasanya diungkapkan dengan istilah-istilah “objectives” atau hal –hal yang nyata.Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata ,karena tidak dapat dilihat ,tetapi hanya terbukti oleh hasi-hasil yang ditimbulkannya”otput “atau hasil kerja memedai { perubahan ,perkembangan mad’u }.
Manajemen menurut G.R Terry “Manejeman adalah usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain ,buku :Principles of management.
Menurut Jhon D Milllett dalam bukunya “management The Publik” ialah proses pembimbibingan pengarahan serta pemberiaan fasilitas kerja kepada orang –orang yang diorganisir dalam kelompok –kelompok jurnal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan .
Sedangkan Manejement (managing) pres ialah Mengatur segala komponen pres /baik media masa ,radio, televisi,internet dalam sebuah formasi dan aturan langkah sehingga ia lebih efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan . Berkomunikasi dengan perantara media masa membutuhkan kiat-kiat tersendiri ,konfrensi pres atau atau pengiriman siaran pres ( pres realis ) belum menjamin terwujudnya komunikasi yang efektif dengan public tertentu./antara da’I dengan mad’u sebagai juru dakwah.untuk mencegah pemborosan energi dan kata-kata ,seorang juru dakwah memerlukan ponggunaan media pres tak kalah pentingnya dengan menerapkan planning,organizing,dan controlling ( Fid back).
Dakwah sendiri ialah Upaya mengajak: Kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi, orang lain untuk meniti dan berjuang ke jalan Allah.
Tugas dan kewajiban para da’i sungguh berat sesuai dengan kadar tanggung jawabnya. Mereka para pemelihara nilai-nilai akhlak dan suluk serta pemantau sikap dan tindak tanduk masyarakat . Juga sebagai cermin bagi kaum muslim untuk melihat dirinya. Dalam rangka ini, maka harus ada seleksi secara ketat bagi orang yang akan menerjuni bidang dakwah ini, karena da’i tidak cukup alim saja, atau Cuma pandai pidato atau cukup seorang yang lemah lembut, lincah dan terampil saja. Tetapi ia harus memiliki juga sifat-sifat lain, diantaranya.
Manajemen Pres Dakwah sendiri ialah Proses atau kerangka kerja sebuah pres (media masa ,cetak ,maupun elektronik, terkait dengan metode dakwah dalam rangka memanfaatkan dakwah melalui pres sehingga dakwah yang dicapai lebih efektif dan tepat sasaran ,dengan memanfaatkan unsure unsure dakwah yang telah di menej ( dakwah melalui media masa.
B. Pers dan Jurnalistik
Pers. Istilah pers berasal dari bahasa Belanda yang dalam bahasa Inggris artinya press. Secara harfiah pers berarti “cetak” dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications). Pers juga dapat difahami sebagai sebuah kegiatan publikasi yang meggunakan media cetak seperti surat kabar, majalah dan jenis media cetak lainnya. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam arti sempit. Pers dalam arti luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media elektronik, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media massa cetak yaitu surat kabar, majalah, buletin dan yang semisalnya. Kenyataan bahwa radio dan televise termasuk dalam lingkup pers ialah jika diadakan jumpa pers (press confrerence) maka yang datang untuk meliput adalah semua media.
Ada anggapan kurang tepat dikalangan akademisi bahwa jurnalistik sama dengan pers atau keduanya bisa dipertukarkan. Sesungguhnya tidak demikian, karena jurnalistik menunjukkan kepada proses kegiatan sedang pers berhubungan dengan media. Secara etimologi jurnalistik berasal dari bahasa Perancis; journ (catatan/laporan harian) yang secara sederhana diartikan sebagai kegiatan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jika digabungkan kedua istilah diatas dengan sebutan umum “jurnalistik pers” maka artinya adalah proses kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat, dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yaitu surat kabar, tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
Pada dasarnya, jurnalistik juga dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk. Diantara bentuk-bentuk Jurnalistik tersebut diantaranya; Jurnalistik Media Cetak (newspaper and magazine journalism) meliputi jurnalistik surat kabar harian, mingguan, tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Selain itu terdapat pula, Jurnalistik Media Elektronik Auditif (radio broadcast journalism) yaitu yang berkaitan dengan kegiatan radio siaran. Terakhir adalah Jurnalistik Media Audiovisual (television journalism) yang berkatian dengan televisi siaran atau jurnalistik media on line (internet). Khusus jurnalistik di wilayah media cetak, maka ia dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor verbal dan visual. Faktor verbal sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragrap yang efektif dan komunikatif. Sementara faktor visual, menunjukkan pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Antara kedua faktor ini tak dapat dipisahkan. Informasi atau pesan yang dikemas dengan gaya bahasa menarik akan menimbulkan efek yang jauh lebih besar jika mendapatkan desain yang menarik pula.
Kembali kepada persoalan pers. Secara umum pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution). Sebagai lembaga kemasyarakatan pers merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama dengan subsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri tetapi mepengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal ini secara tidak langsung karena pers lahir dalam sebuah ruangan waktu yang tidak kosong. Artinya, founding pers di setiap lembaga pers adalah manusia-manusia yang memiliki dan meyakini akan sebuah nilai dan misi tertentu dalam aktifitasnya.
Hingga saat ini pers tetap dianggap sebagai the fourth estate setelah tiga lembaga kekuasaan lainnnya yang berputar dalam pemerintahan; eksekutif, legislative, dan yudikatif. Tiga lembaga ini mampu mengendalikan masa karena kekuasaan formalnya, sedangkan pers mampu mempengaruhi masa karena daya persuasinya yang kuat dan pengaruhnya yang besar kepada masyarakat. Menurut Graber hal ini terjadi karena media mampu menawarkan model-model perilaku. Dalam skala jangkauan yang luas, maka pers media cetak khususnya dapat menggerakkan manusia untuk melakukan sesuatu dan berbuat untuk sesuatu. Keresahan Napoleon Bonaparte adalah contohnya. Di masanya, ia harus mengekang dan menyensor sejumlah media massa dan mengurangi jumlah media dari 13 menjadi 4 saja plus larangan mengkritik pemerintah. Ia juga membunuh lebih dari 70 jurnalis dengan hukuman penggal guillotine hanya karena persoalan ketidakcocokan pemberitaan. Kebencian Nazi terhadap bangsa Yahudi juga terlihat begitu besar salah satunya adalah sebab keberhasilan surat kabar Der Stuemmer pada penerbitan Mei 1934 ketika menunjukkan darah orang-orang Jerman yang tak bersalah mengalir ke dalam piring-piring orang Yahudi. Kebencian yang berlarut-larut itu bahkan tetap diperingati hingga hari ini.
Selanjutnya, pertanyaan yang mungkin muncul adalah sejauhmana sesungguhnya sebuah tulisan yang dimuat melalui kegiatan jurnalistik pers mampu memberikan efek kepada pembaca. Terlebih lagi jika efek tersebut mendorong banyak orang secara efektif untuk mensepakati sebuah wacana hingga kepada tingkat opini bersama. Hal ini dapat dijelaskan bila kita memahami proses komunikasi massa, antara sebuah penyampaian pesan dan efek pesan tersebut.
Pesan Teks dalam Media Cetak
Persoalan teks atau tulisan sesungguhnya menarik untuk dicermati. Tokoh-tokoh filsafat seperti Plato dan Sokrates misalnya, tidak menganggap penting peran tulisan. Bagi Plato, ia justeru memiliki kehawatiran logosentris yang muncul bersama asumsi adanya sumber pengetahuan otentik, murni, benar serta ada cara untuk meyampaikan kebenaran itu. Melalui tulisan penyampaian logos dapat dilangsungkan oleh siapapun, bahkan juga oleh mereka yang tidak memiliki wewenang. Inilah yang ditakutkan. Dalam hal ini Plato lebih mementingkan kepada kemampuan jiwa untuk mengingat sebuah fakta, informasi dan kebenaran lainnya. Sementara Socrates, ia juga tak terlihat memiliki perhatian terhadap teks. Ia bahkan menganggap tulisan tidak memiliki keakuratan peristiwa. Tulisan tak lebih dari sebuah lukisan yang menggeneralisasikan makhluk hidup menjadi makhluk yang tak hidup. Karena sampai kapapun mereka akan tetap diam jika ditanya.
Namun tidak demikian halnya dalam pandangan Aart van Zoest. Baginya “teks tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi.” Dr. Phil. Astrid S. Susanto dalam bukunya “Komunikasi Massa” turut serta dalam pandangan di atas. Ia menjelaskan bahwa semua media yang dimiliki swasta maupun pemerintah sebenarnya merupakan aparatur ideologi (Ideological State Apparatus (ISA)). Maka dengan sendirinya semua alat komunikasi akan berusaha untuk mengemukakan apa yang menurut dirinya adalah terbaik.
Jika ungkapan ini benar, maka sangat dimungkinkan dalam sebuah kebudayaan dan peradaban yang saling bertukar informasi terjadi apa yang disebut dengan “perang teks” (war of tex). Perang teks disini menjadi bagian dari perang informasi itu sendiri. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa teks memuat sejumlah pesan yang tidak berdiri sendiri. Bahkan pesan yang dilahirkan dari sebuah media berasal dari tahapan-tahapan tertentu (editing, layout, dll). Maka tidak jaran terjadi pemberitaan atau informasi yang bias.
Dalam pandangan Alex Sobur pada bukunya “Analisis Teks Media” ia menegaskan bahwa pada dasaranya bias berita terjadi karena media massa tidak berada diruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik dan fakta komleks lagi beragam. Untuk itulah kita perlu mendapatkan logika yang tepat dibalik sebuah penyampaian pesan yang dilakukan oleh media.
Dari sudut pandang ilmu komunikasi Prof. Dr. H.A.W. Widjaja menjelaskan bahwa pesan itu sendiri adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti berupa tema yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam upaya merubah sikap dan tingkah laku komunikan. Sementara dalam studi media, ada tiga pendekatan yang digunakan sebagai sebuah usaha untuk menjelaskan isi media.
Pertama, pendekatan politik-ekonomi (the political-economy approach). Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan (eksternal) diluar pengelolaan media yaitu; ekonomi dan politik. Pengelola media dipandang bukan sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai struktur yang mau ridak mau memaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara tertentu. Bentuk media seperti ini biasanya memiliki kedekatan dengan aparatur Negara atau partai politik disuatu Negara. Kedua, pendekatan organisasi (organizational approaches). Pendekatan ini justeru melihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan dan produksi berita. Dalam pendekatan ini, berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada dalam ruang redaksi. Praktik kerja, profesionalisme, dan tata aturan yang ada dalam ruang organisasi adalah unsure-unsur dinamik yang mempengaruhi pemberitaan. Dalam hal ini media dianggap otonom untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang baik atau buruk, dan apa yang layak atau tidak layak untuk diberitakan. Ketiga, pendekatan kulturalis (culturalist approach). Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan pendekatan organisasi. Di sini, proses berita dipandang sebagai suatu mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media dan eksternal media. Media pada dasarnya memang mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tetapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan-kekuatan ekonomi politik di luar diri media. Pendekatan kurturalis meniscayakan terjadinya dua hal yang berbeda. Ada hubungan yang rumit antara sumber berita dan seorang jurnalis. Kedua-duanya saling membutuhkan, tidak saling mengkooptasi secara langsung. Namun memang pada akhirnya praktik jurnalistik melahirkan pemberitaan yang lebih dominan pada kekautan politik yang hegemonik.
BAB III
Pembahasan Topik
A..Hubungan Pres ,Jurnalis ,Dakwah dalam peluang Sukses berdakwah
dan solusi –solusinya.
Baru-baru ini kita mengenal sebuah istilah baru dalam dunia jurnalisitk dengan sebutan; jurnalistik da’wah atau jurnalistik Islami. Istilah yang dipopulerkan oleh Asep Syamsul M. Romly, dalam bukunya “Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam” menjelaskan tentang sebuah keharusan da’wah yang diorganisir lewat media tulis menulis seperti buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Aktifitas jurnalistik yang dilakukan oleh seorang muslim seharusnya adalah aktifitas da’wah itu sendiri. Oleh karenanya, Jurnalistik Islami dapat dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam.
Istilah lain yang kemudian dimunculkan adalah da’wah bil qalam. Aep Kusnawan dalam bukunya “Berdakwah Melalui Tulisan” menyebutkan istilah itu dengan merujuk kepada setiap aktifitas yang berbasis penulisan di media apapun. Ia melihat bahwa da’wah melalui tulisan merupakan bagian integral dari bidang kajian dakwah. Ia adalah salah satu unsur dakwah yaitu media dakwah. Karena ia merupakan media maka ukuran utama penggunaannya adalah keefektifan dan keefesienan. Semakin efektif dan efesien suatu media, maka ia akan semakin dipertimbangkan orang lain untuk menjadi pilihan. Oleh karena itulah tulisan dipandang sebagai sesuatu yang efektif untuk menyampaikan pesan da’wah.
Dalam ruang informasi yang begitu luas dimana era keterbukaan menjadi hal yang disepakati secara umum maka jurnalistik islami atau jurnalistik da’wah harus memiliki eksistensi yang diandalkan. Hanya saja, problematika itulah yang kini sedang diidapi oleh kaum muslimin. Kebutuhan informasi masyarakat muslim belum diimbangi dengan lembaga informasi media yang mampu betul-betul memiliki keberpihakan terhadap agenda besar kaum muslimin. Sejumlah media yang eksis saat ini tak jarang cenderung menonjolkan eksistensi kelompok atau ormas tertentu. Demikian pula dengan para jurnalis muslimnya. Aktifitas kerja yang mereka lakukan seringkali terikat dengan kepentingan lembaga tempat mereka berkerja. Secara tak langsung mereka telah larut dalam garis edar yang tak lagi merepresentasikan tugasnya sebagai wartawan muslim. Asep Samsul dalam bukunya yang lain “Jurnalitsik Praktis” menyebutkan setidaknya ada lima peranan yang harus dambil oleh seorang jurnalis muslim yaitu;
a. Sebagai pendidik (mu’addib), yaitu menjelaskan fungsi edukasi yang Islami.
b. Sebagai pelurus informasi (musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh jurnlais muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu, jurnalis muslim dituntut untuk mampu menggali informasi kondisi umat Islam di seluruh penjuru dunia
c. Sebagai pembaharu (mujaddid). Yakni penyebar faham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam.
d. Sebagai pemersatu (muwahhid). Yakni menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam.
e. Sebagai pejuang (mujahid). Yaitu jurnalis muslim yang memiliki ruh untuk memperjuangkan Islam dan membelanya. Melalui media massa jurnlais muslim berusaha keras untuk membentuk opini umum yang mendorong penegakan nilai-nilai Islam.
Lima peran di atas jika dilakukan secara maksimal dipastikan akan banyak membantu roda informasi yang saat ini berbenturan terus menerus dengan peradaban kuffar. Di tangan jurnalis muslim ini pulalah, diharapkan terbentuk sebuah informasi yang mampu mendorong terciptanya opini publik berdasarkan pada informasi yang diferifikasi tidak hanya berdasarkan teori-teori jurnalistik dan mass media akan tetapi juga berdasarkan pandangan hidup (world view) Islam yang bersumber kepada al Qur’an dan as Sunnah. Oleh karena itu, visi da’wah jurnalitik islami atau jurnalistik da’wah adalah mempersempit ruang gerak media-media berbasis ideologi kuffar yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya manusia handal. Setidaknya, akan muncul konsumsi media yang berimbang di tengah-tengah masyarakat kita.
Namun toh dalam kenyataaannya ulama kita belum banyak yang bergelut dengan media masa ,menulis lebih banyak menggunakan tablignya ( lisan ) dari pada menerbitkan sebuah buku mungkin 10 yang akan datang baru dapat terwujud ,sebenarnya dari beliau pandai, alim,keterbatasan lah jua kendalanya,menyesal sekali ini sebagai renungan dan tugas fardu ain hukumnya melaksanakan .Di negara kita sendiri belum memiliki satu wadah dakwah melaui media pres yang dapat mewakili sebagai sarana dakwah ada tetapi sifatnya hanya satu kelompok komunitas saja,kebanyak berorentasi pada keuntungan semata.
Solusi-solusinya dengan memperbanyak kader- kader da’I muda yang dilengkapi dengan keahlian Aiti dan wawasan moderen karena peluang dakwah lebih besar keberhasilanya menginggat perkembangan islam di luar negri persentase terbanyak tertarik melalui diskusi Tanya jawab dan penelitiaan.Umat islam harus bersatu menghilangkan perbedaan aliran dan mewujudkan persatuan pres yang dapat mewakili dakwah islam sediri sehingga informasi ,bimbingan ,penyiaran islam dapat diakses secara mudah masih banyak solusi-solusi lainya.
B. Contoh Perundang-Undangan tentang
Penyiaran Pres,Pencemaran Nama Baik,Kemerdekaan Pres,Dalil Dalil pokok
Dakwah
A.Kemerdekaan Pres dan Pencemaran Nama Baik
Jatuhnya pemerintahan Soeharto tahun 1998 menandai awalnya transisi demokrasi di Indonesia ,ironinya peristiwa tersebut diikuti serentetan kebijakan di semua aspek,termasuk pres.
Salah satu yang perlu dicatat dalam bidang pres adalah dicabutnya peraturan Mentri Penerangan tentang Surat ijin Usaha Penerbitan Pres ( SIUPP ) dan di cabutnya Hak Istimewa Persatuan Wartawan Indonesia (PWI )sebagai wadah tunggal organisasi wartawan ,dan puncak atas kebebasan berekpresi melalui Perubahan II UUD 1945.
Perubahan ini tentunya telah membawa harapan yang tinggi akan perubahan kehidupan pres yang lebih baik,Pada umumya tuntutan hukum melalui proses pemindanaan terhadap jurnalis menggunakan ketentuan pencemaran nama baik dalam KUHP dalam Bab XVI tentang penghinaan yang terdiri dari pasal 310 -321.
Lebih rinci mengenai Perpu tentang pencemaran nama baik dan kemerdekaan terlihat pada tabel berikut ,dalam bentuk KUHP dan R KUHP.
KUHP
Bab XVI
Penghinaan R KUHP
Bab XVIII
Tindak Pidana Penghinaan
Pasal Tindak Pidana
Pasal Tindak Pidana
310 Pencemaran 531 Pencemaran
311 Fitnah 532 Fitnah
315 Penghinaan Ringan 534
Penghinaan Ringan
317 Pengaduan Fitnah 536
Pengaduan Fitnah
318 Persangkaan palsu 537
Persangkaan palsu
320 Pencemaran nama baik Orang Mati 539
Pencemaran nama baik Orang Mati
320 Pencemaran Nma Baik Orang mati Dengan Tulisan Atau Gambar. 540 Pencemaran Nma Baik Orang mati Dengan Tulisan Atau Gambar.
Pencemaran Nama Baik ,Hak Jawab,dan Kemerdekaan Pres.
Pencemaran nama baik dalam KUHP ataupun R KUHP masuk delik formil .
B.Perpu Tentang Penyiaran
Perpu tentang penyiaran ini masih ditunda karena ada aitem- aitem yang perlu dikaji karena dirasakan ada kelemahan –kelemahanya pembahasan ini berlangsung antaraKomisi I DPR dengan Depkominfo,tentang PP (Peraturan Pemerintah ) ,tentang PP ini dapat dilihatsebagai berikut :
Peraturan pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 “Tentang Penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga penyiaran Berlangganan.
2. Peraturan Pemerintah Nopmor 51 Tahun 2005 ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Komunikasi.
3. Peraturan pemerintah Nomor 50 tahun 2005, ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Swasta.
4. Peraturan pemerintah Nomor 49 tahun 2005, ,”tentang penyelenggaraan Penyiaran – Lembaga Penyiaran Asing.
Sedangkan keputusan menghasilkanbeberapa aitem
1. KPI adalah hasil dari perjuangan masyarakat sipil dalam demokratisasi penyiaran,Kebanyakan peserta Diskusi mengkririk sikap KPI yang selama ini sangat kompromi dengan pemerintah.
2. Statemen Penolakan PP Penyiran yang dikeluarkan KPI sangat abstrak.mestinya KPI membahas pasal per pasal dalam bentuk matrik berdasarkan UU 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
3. Upanya Pengawalan penyiaran seolah-olah berhenti setelah UU Penyiaran dipisahkan
4. UU penyiaran memang dirasakan banyak memiliki kelemahan ,Masalah ini kemudia menghasilkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk mengembalikan peran pemerintah sebagai regulator penyiaran .
C.Dalil Dalil dakwah dalam Al Quran (ayat –ayat dakwah )
1. Al Baqoroh 40-41 (fitrah manusia)
Artinya : Hai bani israil ,ingatlah akan ni’mat Ku yang telah aku anugrahkan kepada mu,dan penuhilah janjimu kepada KU.niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu dan hanya kepada kulah kamu harus takut.Dalam kedua ayat ini telah nyata bahwa manusia hanya disuruh takut dan bersukur pada allah dalam artian yang lebih luas memenuhi janji untuk beriman dari ini intuk menjadikan seseorang beriman perlua ada dakwah ,pendekatan secara spesifik tidak dapat dipaksakan harus step by step tingkat demi tingkat sehingga tidak timbul benturan di masyarakat ,memang sebuah tajdid membutuhkan waktu kesabaran dalam berdakwah sehingga akan tercapai entah 5,6 10 tahun barulah dapat dinikmati.
2.QS Al- Imron 104 (ajakan Dakwah )
‘’ Dan hendaklah ada diantara kamu ,satu golongan yang mengajak ( manusia )kepada bakti ,dan menyeru /menyuruh (mereka berbuat ) kebaikan ,dan melarang (mereka) dari kejahatan ; dan mereka itu adalah orang orang yang beruntung.’’ Ma'ruf": segala perbuatan yang mendekatkan kita
kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
3.QS Ali Imron 110. (kewajiban Berdakwah)
“ Kamu adalah sebaik-baiknya ummat , dilahirkan untuk (kemaslahatan )manusia ,kamu mengajak kepada kebaikan ,dan kamu mencegah dari kemungkaran ,serta kamu beriman pada Allah.”
Di Dalam dua ayat (Ali Imron 104 -110 ) terdapat sebuah perintah kewajiban untuk berdakwah terdapat predikat khiru umat umat terbaik karena apa tidakm ada umat yang menyeru pada kebaikan dan beriman pada Allah ini menjadikan dasar yang kuat untuk berdakwah .Islam adalah agama risalah ,untuk manusia keseluruhan ( rahmatan lil ‘alamin) ,sedangkan umat islam adalah pendudkung amanah ,untuk meneruskan risalah dengan dakwah,baik sebagai ummat kepada ummat nyang lain ,ataupun selaku perseorangan ditempat manapun mereka berada,menurut kemampuan masing-masing.Dari dua ayat diatas jika disimpulkan bahwa dakwah dalam arti luas adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap muslim dan muslimah tidak boleh kemudia umat islam meninggalkan dakwah.Dakwah dalam arti ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempunaan dan keselamatan hidup masyarakat,ini adalah pembawaan fitrah manusia sebagai “Sosial being”(mahluk ijtima’I )dan kewajiban yang ditegaskan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul,dan bukan sebuah monopoli .
4.QS Al –Baqoroh 129 (akhlaq dakwah)
Ahlak Tiang Dakwah
“Wahai tuhan kami dan bangkitlah diantara mereka seorang Rasul ,dari kalangan mereka ,yanmg menyampaikan kepada mereka kitab itu ,dan hikmah ,dan membersihkan mereka , karena sesungguhnya engkaulah yang Ggagah, Maha Bijaksana.(QS Al Baqoroh 129)
Setelah kita kaji dari ayat ini dan melihat perkembangan dakwah ,bagaimana besarnya daya tarik lisanul-hal dan uswatun hasanah dibidang dakwah .Tarikan “bahasa” ibarat tarikan magnet terhadap apa yang bersifat logam ,yang bermutu tinggi atau yang tidak..Sumber tenaga bagi daya tarik itu tidak lagi terletak pada Ilmu,dan tidak pada hikmah hanya merupakan jalan pembuka.Sumbertenaga sendiri terdapat pada Akhlaq pribadi dari pembawa dakwah sendiri.Bagimana akhlaq rasullulah sehingga islam dapat berkembang ketika zaman jahiliyah saat itu .Ini merupakan kunci kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW.
5.Qs Ali Imron 105 (Prinsip Berdakwah)
105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat,
6.QS Ali Imron 109 (kelebihan umat islam dari yang lain)
109. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan
kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.
Kelebihan umat islam dari umat yang lain.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari analisis pembahasan diatas dapat tersimpul bahwa Manajemen pres dakwahsangat membatu dalam menambah suksesnya dakwah yang dilakukan oleh juru dakwah dalam menyebarkan ,memberi informasi tentang islam secara luas dan onlen,dengan manajemen kegiatan dakwah menjadi tertata terarah sehingga dapt memprediksi tujuan baik sifatnya jangka panjang maupun jangka pendek ,dengan klaborasi pres ,manajemen, dan dakwah seorang dai akan lebih efisien dalam berdakwah tidak terlalu membuang-buang tenaga,jangkauan dakwah lebih luas sehingga peluang lebih besar,selain dibutuhkan klharismatik seorang juru dakwah karena ia sebagai suri tauladan ,uswah hasanah bagi umat dalam berperilaku dan bersikap.
Dibutuhkan sekali kadr-kadr muda yang dibekali ilmu tehnologi dalam membuat gebrakan spektakuler dakwah khususnya melalui media masa / pres tetapi tidak moderat dapat melihat situasi dan kondisi dimana ia bertempat.
Terkadang seorang da’i dalam suatu lingkungan memerlukan banyak metode dan pengombinasiannya, karena kemungkinan di sana ia menemukan segi-segi penting yang tidak jelas dalam kajian kemasyarakatannya, atau tidak tampak bagi dia hal-hal yang seharusnya ia ketahui sehingga ia berdakwah tidak dapat sambutan dari mereka. Maka ketika itulah , ia harus mengintropeksi diri dan dan mengubah metode. Hal ini ia lakukan terus-menerus sampai berhasil.
Dengan mengkaji perundang –undangan dakwah seorang dai akan lebih mengetahui kaidah –kaidah yang berlaku dimasyarakat baik yang sifatnya norma maupun perundang-undangan yang sah karena negara ini semua ada undang –undangnya sekalipun itu mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran mengingat sejarah bangsa ini yang begitu kelam.
Jika seorang dai menerapkan konsep,komponen diatas dakwah islam akan mencapai tujuan yang diharapkan sehingga budaya islam sendiri kembali mmengeliat paling tidak merubah peradaban itu sendiri.
B.PENUTUP
Taklupa kami sampaikan terimakasih atas berbagai fihak khususnya dosen pengampu yang senantiasa memberikan motifasi sehingga tugas ini dapat selesai walaupun masih ada beberapa yang perlu disempurnakan ,untuk itu saran dan kritik yang kontruktif demi kesempurnaan tugas ini selalu kami harapkan ,tak ada gading yang retak sama seperti manusia yang banyak kekurangan yang perlu adanya pembenahan agar dapat meminimalisir kekurangan tersebut,teman teman Akademik yang membantu pengumpulan data yang sehingga makaljh ini dapat terwujud tanpa ada sebuah sumbang suh dari teman-teman muskil makalah ini selesai.
C. DAFTAR PUSTAKA
Ruslan ,rosadi(1995),Praktik dan Solusi Publik Relation dalam situasi Krisis dan pemulihan Citra,Ghalia Indonesia:
Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Akademika Presindo,Jakarta,2002.
M.Natsir. Fiqhud Da’wah, Ramadhani
Drs.Brantas ,M.Pd, (2010) Dasar-dasar Manajemen,Bandung,Alfabeta.
File:///F;/ Kemerdekaan Pres dan Pencemaran Nama baik ,Dunia Anggara,19/06/2010
Asep Syamsul M. Romly, Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam, Bandung: Remadja Rosdakarya, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar